Sabtu, 24 Maret 2012

Cinta yang Tak Sampai



Judul                     : Kalau Tak Untung
Penulis                  : Selasih atau Sariamin
Penerbit                : PN. Balai Pustaka
Tebal                    : 67 halaman
Cetakan                : Cetakan I 1934
Tahun Terbit         :
 1934
Jenis Buku            : Roman


                                Antara Rasmani dan Masrul rupanya secara diam – diam masing menanam rasa lebih dari sahabat. Dua anak manusia yang sudah berteman sejak kecil ini, baru tahu bahwa mereka berdua sebenarnya mempunyai rasa yang lebih itu, yaitu ketika Masrul hendak pergi merantau ke Painan untuk bekerja disana. Di waktu perpisahan itu, antara kedua mempunyai saling kehilangan yang teramat berat.
                        Rasmani menerima surat pertama yang sangat di dambakan dari Masrul. Namun, isinya sungguh sangat membuat hatinya sedih dan luka, sebab dalam surat itu Masrul mengabarkan bahwa dia hendak dikawinkan dengan Aminah atas permintaan kedua orang tuanya maupun kaum kerabatnya. Dan dia sebenarnya hanya terpaksa saja menerima lamaran itu. Dia hanya sekedar menurut keinginan ibunya saja. Membaca surat itu Rasmani hanya mengusap dada dalam menhan rasa sakit dan sedih yang mendalam, sebab bagaimanapun kenyataan itu harus dia terima dengan pasrah.
                        Di Painan itu Masrul bekerja sebagi Juru Tulis. Guru kepala tempat di mana Masrul bekerja itu, rupanya hendak menjodohkan Masrul dengan anaknya, Muslina. Sungguh berat hati Masrul untuk dapat menerima tawaran Guru Kepala itu. Pertama dia malu kepada kedua orang tuanya maupun kerabatnya, sebab  di telah berjanji akan menikah dengan Aminah. Keberatan yang lain, karena sebenarnya dia mencintai Rasmani.
                        Tapi karena kepandaian kedua orang tua Muslina dalam memengaruhi Masrul, akhirnya Masrul jadi menikah dengan Muslina. Semua itu dia  kabarkan kepada Rasmani lewat suratnya, sehimgga membuat hati Rasmani semakin tambah hancur saja.
                        Rumah tangga Masrul-Muslina tida bahagia. Mereka bersilisih, masalahnya, Masrul merasa dai tidak dianggap sebagai seorang suami. Akibatnya Masrul suka mabuk-mabukan dan jarang pulang ke rumah. Dan akhirnya, karena tak tahan lagi terhadap Muslina, Masrul memutuskan cerai terhadap Muslina.
                        Habis cerai Masrul kembali ke kampung. Dia ceritakan semua kesdihannya selama berada di perantauan itu kepada Rasmani maupun keluarga Rasmani. Hal ini membuat Rasmani sedih mendengar bahwa ternyata selam ini kekasih hatinya itu dalam keadaan susah. Semangat Rasmani bangkit lagi untuk menikah. Dan ketika Masrul mengutarakan bahwa dia akan melamar Rasmani kepada orang tua Rasmani, sungguh membuat hati Rasmani berbunga-bunga karena bahagianya. Akan tetapi sebelum menikah, Masrul pamit dulu hendak pergi mencari kerja dulu di Medan, di mana dia akan minta pertolongan kepada adik Engku Rasad sahabatnya sewaktu di Painan dulu.
                        Tiap hari Rasmani selalu menunggu surat dari Masrul. Namun yang ditunggu-tunggu tak muncul-muncul ke tangannya sampai berbulan-bulan, sehingga Rasmani sudah galau hatinya, dia mulai merasa ragu sama Masrul, jangan-jangan Masrul ini sudah melanggar janji. Di tngah – tengah keputusasaan hati Rasmani menunggu kabar dari Masrulitu, datang surat dari Masrul. Betapa hancur hati Rasmani setelah membaca surat Masrul itu, di mana Masrul dalam suratnya menyarankan agar Rasmani jangan menunggunya, dan kalau ada laki-laki yang hendak melamar mohon diterima saja. Sejak menerima surat yang membuat hatinya hancur luluh itu, Rasmani jatuh sakit dalam kehancuran kesedihan.
                        Berangsur-angsur sakit Rasmani mulai sembuh. Namun sayang, sakitnya itu muncul lagi ketika datang kakaknya, Dalipah yang begitu setia menemaninya selama sakit itu, yang membawa kabar bahwa Masrul mendapat pekerjaan dan membatalkan keputusan tertulis dalam surat terdahulu. Walaupun itu sebenarnya surat yang mengabakan kegembiraanya, namun bagi Rasmani yang hatinya telah terluka parah itu, malah membuatnya semakin parah, sehingga tak lama kemudian dia meninggal sebelum kedatangan Masrul yang datang belakangan. Betapa terkejutvdan sedihnya hati Masrul menyaksikan kenyataan itu.


ü  Unsur Intrinsik :
1.      Tema : Masalah kemalangan nasib seorang wanita, dimana cinta kasihnya selalu dirundung malang.
2.      Latar :
§  Suasana : sedih, senang, tegang.
§  Tempat : Daerah Sumatera Barat, khususnya di Painan.
§  Waktu : malam hari, pagi hari, dan sore hari.
3.      Alur : Campuran
4.      Tokoh dan Perwatakan:
§  Masrul; Seorang pemuda yang selalu mempunyai hati ragu, tidak tegas, serta lemah.
§  Rasmani; Seorang wanita baik-baik yang selalu dirundung malang nasib cintanya pada laik-laki
§  Aminah; Calon istri adat Masrul
§  Muslina; anak seorang guru kepala, yang kemudian menjadi istri Masrul
§  Dalipah; kakak kandung Rasmani
5.      Sudut Pandang : orang ketiga
6.      Amanat : Jadilah orang yang mempunyai pendirian yang kuat dan kokoh, dan janganlah menjadi orang yang plinplan.

ü  Kelemahan :
§  Kertas buku sudah tidak memiliki daya tarik lagi apalagi cover buku atau sampul buku terlalu sederhana.
§  Buku ini lebih menarik apabila disertai dengan beberapa gambar peraga atau gambar tokohnya

ü  Kelebihan :
§  Ceritanya urut dan  tidak membingungkan pembaca
§  Alurnya maju, sehingga pembaca dapat memahami cerita dengan mudah.

ü  Tanggapan :  Roman ini sangat bagus karena roman ini memiliki makna yang berarti bagi kehidupan sehari - hari. Misalnya, dalam kehidupan sehari – hari, kalau kita mengambil keputusan harus dipikirkan secara matang dan jangan langsung mengambil keputusan, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar