Senin, 19 Desember 2011

RESENSI NON FIKSI : "Mendulang Spirit Pendidikan Karakter"



















Judul buku :Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat
Penulis : Bagus Mustakim
Penerbit: Samudra Biru
Cetakan : Mei 2011
Tebal : xiv + 120 hlm


Sebagaimana dikatakan oleh Ki Supriyoko--dalam pengantar buku ini--pengembangan karakter menjadi sesuatu yang sangat penting dan strategis karena karakter seringkali diidentikkan dengan budi pekerti atau akhlak. Seseorang yang karakternya baik identik bahkan sama dengan orang yang budi pekertinya luhur atau akhlaknya baik (akhlakul kariimah), sementara itu orang yang karakternya buruk identik bahkan sama dengan orang yang budi pekertinya tidak luhur atau akhlaknya tidak baik.

Maka urgensi pendidikan adalah menekankan nilai-nilai moral dan ahklak mulia, sebagaimana pernah dikampanyekan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh, “Pendidikan karakter harus dimulai sejak dini yakni dari jenjang pendidikan SD. Pada jenjang SD ini porsinya mencapai 60 persen dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini agar lebih mudah diajarkan dan melekat dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia dewasa”.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku ini, bahwa salah satu dari pendidikan karakter adalah pendidikan yang bermuara pada kearifan lokal. Bukan berarti budaya impor yang tidak sesuai dengan karakter bangsa asli Indonesia. Sehingga, pengembangan manusia Indonesia berbasis kearifan budaya lokal terarah kepada berpola pikir untuk kelangsungan eksistensi bangsa. Berpikir, bagaimana agar pemanfaatan sumberdaya alam juga selaras dengan kebutuhan bukan karena keinginan.

Oleh karena itu, paradigma pembelajaran dan pendidikan seyogianya merupakan sebuah paradigma pembelajaran yang sedari tingkat filosofis, strategi, pendekatan proses dan teknologi pembelajarannya menuju ke arah pendidikan karakter. Dalam rangka mendorong dan menumbuhkembangkan pendidikan bangsa, maka pendidikan karakter harus secara sadar dikembangkan menjadi bekal yang ampuh dalam hidup bermasyarakat yang di antaranya kemampuan berkomunikasi, jiwa eksploratif, kreatif, serta integral.

Spirit pendidikan karakter berangkat dari sebuah proses penyadaran (consientization) dan pembudayaan (culturation) yang berjalan terus-menerus demi mewujudkan sebuah peradaban dan tatanan kehidupan kemanusiaan yang lebih adil sesuai tuntutan agama dan zaman. Model pendidikan ini, akan menjadi diskursus tandingan (counter discourse) berupa solusi  terhadap diskursus atau wacana yang menghegemoni, menindas dan dehumanisasi seperti sekarang ini.

Pendidikan karakter diyakini mampu mengatasi persoalan karakter bangsa yang kian lama kian tergerus oleh perubahan zaman yang begitu cepat. Konsep pendidikan karakter dalam buku ini dibangun secara komprehensif melalui kajian historis, paradigmatis, sampai tingkat praktis. Dengan demikian para pembaca diharapkan dapat memahami konsep pendidikan karakter secara utuh sekaligus dapat mengimplementasikanya pada wilayah praktis.

Dengan demikian, orang tua dan masyarakat harus bertanggung jawab atas kemerosotan nilai-nilai  moral dan akhlak mulia yang semakin mewarnai wajah suram pendidikan karakter. Kelas bersih bukan tujuan utama, karena sekolah bisa menggaji petugas kebersihan untuk itu. Akan  tetapi penanaman nilai-nilai kepada siswa yang lebih utama.

Artinya, sekolah sebagai salah satu instrumen dapat menjadi agen dalam membentuk karakter bangsa yakni menanamkan nilai-nilai moral dan akhlak mulia kepada para siswa. Selain melalui mata pelajaran, kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, spontan, dan keteladanan.



sumber : okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar